Perjalanan singkat

Perjalanan singkat menuju kota tetangga membawaku pada banyak pembelajaran. Khususnya ketika di dalam bis. Tempat yang sebenarnya tidak aku sukai, sebab di sanalah biasanya aku mengalami mabuk perjalanan. Beruntungnya, pada perjalanan kali ini aku terbebas dari hal itu.

Berawal dari percakapan singkat dengan saudaraku, seorang sepupu yang seusia denganku pada pukul 12 siang, tepat ketika aku sedang menunggu cilok percobaan itu matang ia mengabari bahwa ia sedang libur, kebetulan aku pun libur. Dan pada saat itu juga ia mengajakku untuk liburan singkat sehari semalam ke kampungnya. Aku menyetujuinya, kupikir, aku memang membutuhkan perjalanan jauh. Terlebih di sana sedang ada perayaan maulidan gitu, yang di mana dirayakan dengan arak-arakan. Berhubung aku penasaran dengan tradisi tersebut, makin semangatlah aku untuk mengunjungi kota itu.

Di perjalanan seusai keluar dari tol Cikampek. Mulailah para pedagang hilir mudik di dalam bus. Mulai dari pedagang p*p mie, kopi, tahu sumedang, dodol garut, minuman botolan dan asinan, hilir mudik menawarkan jajan tersebut ke para penumpang.

Sekilas ada rasa haru ketika melihat para pedagang itu harus berlari-larian mengejar bis agar bisa berjualan di sana. Bagiku, mereka ialah orang hebat. Yang pantang menyerah dengan keadaan. Bahkan ketika harus bersusah payah agar bisa menaiki bis dan menjajakan jualanannya walau terkadang sepi peminat. Mungkin begitulah hidup, tak selamanya apa yang diinginkan bisa tercapai dengan mudah. Pasti butuh usaha dan kesabaran untuk bisa mencapai apa yang diinginkan tersebut. Dan yang pasti selalu ada doa didalamnya, agar apa yang diinginkan tersebut bisa membuahkan keberkahan.

Satu hal yang membuatku terharu ialah ketika menjelang magrib. Datanglah seorang bapak-bapak dengan ukelelenya. Diawali dengan mengucap doa untuk keselamatan penumpang, lalu dilanjutkan dengan sholawat yang didendangkan dan lagu religi yang mengucap banyak istigfar ketika mendengarnya. Masya allah. Kupikir ini pertama kalinya aku mendengar seorang musisi jalanan yang mendendangkan shalawat. Rasanya adem banget, terlebih karena waktu mendekati maghrib. Berhubung waktu mepet dengan maghrib ia mengakhiri penampilannya yang menurutku sekalian mengajak para penumpang bis untuk senantiasa bershalawat dan beristigfar dengan mengucap doa.

Terima kasih, Pak. Atas inspirasinya yang mengajak orang lain bershalawat tanpa menggurui. Kupikir, seni memang bisa dijadikan media untuk menyampaikan dan mengajak tanpa terkesan menggurui. Semoga kelak akan banyak yang dapat menyampaikan dan mengajak kepada kebaikan dengan cara seperti itu. Karena dengan keindahan dan ketulusanlah orang lain dapat lebih mudah menerima.

Cirebon, 5 Desember 2017

Komentar

Postingan Populer