Cerpen: Terjebak Friendzone

Langit pekat bertabur bintang, api unggun yang mengalirkan energi hangat dan semilir angin menambah kesan romantis acara puncak Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa di sekolah. Seusai menjaga pos evaluasi Egy dan Hana melangkah mendekati api unggun. Rambut ikal Egy yang diikat kuda bergoyang tertiup angin, begitupun dengan Hana, Rambutnya kesana kemari tertiup angin.

Mereka duduk bersebelahan, bersenandung lagu kemesraan ini dengan suara cemprengnya.
Kemesraan ini Janganlah cepat berlaluKemesraan ini inginku kenang selaluHatiku damaijiwaku tentram disampingmuHatiku damai jiwaku tenang bersamamu.

Tiba-tiba saja seorang cowok bertubuh sedikit gempal maju ke depan. Memecah keheningan. Semua mata tertuju padanya. Bak seorang pemandu acara bergengsi ia berdeham tiga kali sebelum akhirnya menyapa kami semua yang duduk mengitari api unggun.


“Hai semua, selamat malam. Eh pagi mungkin ya karena sekarang sudah pukul 03.00 dini hari” Sembari melihat jam dipergelangan tangannya.


“Pagiiiii,” Semua menjawab sapaannya dengan semangat.


“Masih semangat kan?” tanyanya basa-basi.


“Semangat,” ucap seluruh peserta antusias. Termasuk Egy dan Hana, karena hanya mereka berdua panitia yang ikut bergabung dengan peserta. Yang lainnya masih dalam perjalanan dari pos menuju api unggun. 


“Hemmm, kayaknya hari ini akan ada berita baik deh,” ucapya sembari berdeham. Pesertapun sibuk berbisik-bisik mencari tahu.Egy dan Hana tak kalah penasarannya. 

“Gy, ada apa ya? Kok kita ga di briefing sih akan ada kejutan di api unggun?” Hana mencari tahu. 
Egy yang juga tidak tahu ada apa hanya menggelengkan kepala.

Tiba-tiba seorang peserta cowok bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati pemandu acara yang berdiri di dekat api unggun.

“Udah nih cuma lo doang?” tanya pemandu acara.

“Iya kayaknya kak,”

Cewek-cewek sibuk berbisik menatap cowok di depan mereka. Dengan seribu keberanian, ia berbicara di depan umum. Menyairkan kata-kata romantis dan berjalan menuju seorang wanita. “Vin, gue suka sama lo. Mau gak jadi pacar gue?” tanyanya pada seorang wanita bermata sipit dan berkulit putih. Wajah wanita itu tersipu malu dan ia menjawabnya dengan anggukan.

Suasana api unggunpun terlihat makin romantis. Ciutan riuh bersautan dari para peserta yang ada. “Kayaknya ada lagi deh, coba kak Rizky kesini. Katanya ada yang mau diomongin.” Ucap pemandu acara sembari melambaikan tangan pada Rizky, cowok tinggi, berkacamata idola cewek-cewek di sekolah. Rizky membalas lambaiannya, dengan langkah sedikit lari ia mendekati api unggun. 

Egy dan Hana bertatapan. Wajah Egy tampak pucat pasi. Hana segera mengajak Egy meninggalkan api unggun, sesaat setelah Rizky sampai dan seorang peserta menghampirinya.

“Han, mau kemana?” Tanya Egy penasaran. “Udah, ayo menjauh. Gue tau kok Gy, naluri seorang sahabat kuat loh.” Hana bergumam sambil berjalan menarik tangan Egy.Dikejauhan, Rizky tengah menjadi tontonan peserta. Ramai suara siutan terdengar dari tempat Egy dan Hana singgah. “Gue ga biasa di tempat ramai. Kesana aja,” ucap Rizky pada pemandu acara. Pemandu acarapun mempersilakannya. Rizky dan seorang wanita berjalan menuju koridor. Disana Rizky menyatakan cintanya pada Wina, murid kelas X yang menjadi peserta LDKS.

Dikejauhan, Egy hanya menatap temannya yang sedang berdua di koridor. Tanpa disadari wajahnya berderai air mata. “Yah kan, gue bilang juga apa. Lo suka kan sama Rizky? Ah muna sih lo, giliran dideketin malah pura-pura biasa aja malah menjauh lagi. Giliran dia jadian, kerasa deh sakitnya” Hana memecah keheningan.

“Gue ga suka kok sama dia, ini mata gue kelilipan, tiupin dong Han.” Egy menjawab sekenanya.

“Yailah masih aja boong sama gue, Gy lo itu sahabatan sama gue dari kelas X, yah gue apal lah tindak-tanduk lo kalau lo suka sama orang, lo kecewa sama orang dan lo benci sama orang gimana,” Hana berceloteh.

Tiba-tiba, dari arah api unggun, Tiya dan Nara berjalan menuju Egy dan Hana. “Kok kalian disini? Ngapain disini? Eh Gy, kok muka lo basah?” Tanya Nara.

“Tadi gue abis cuci muka, makanya nunggu disini dulu. Capek, mager kesananya,” Egy menjawab sekenanya.

Tiya hanya menatap wajah Egy lekat-lekat dan bertanya tanpa basa-basi. “Cil, kok lo nangis?”.

“Ya ampun, Egy nangis? Kenapa? Siapa yang bikin nangis?” tanya Nara panik.Merekapun duduk berdampingan, di depan ruang BK yang letaknya bersampingan dengan tangga dan toilet dalam keadaannya masih gelap dan hanya terang dari lampu toilet. “Sejak kapan Gy sukanya? Tapi gue yakin kalau lo itu lebih sukanya sama Ari daripada sama Rizky,” Tiya bertanya pada Egy.

 “Gue suka sama dia sejak kapan yah, gue pun baru sadar kayaknya kalo gue suka sama dia. Hmm sejak dia deket sama gue, suka curhat sama gue dan suka ngeledek gue mungkin. Belum lama kok, baru dari bulan Agustus lalu. Waktu kita jadi panitia MOPDB,” Egy mencoba mengingat-ingat.

“Ah pantesan Gy, gue seneng kalo liat Rizky lagi ngejahilin lo dan lo bales ngomel ke dia. Ah padahal kalian cocok loh, pasangan gokil kali ya kalo jadi,” Nara menyayangkan.

“Gy, lo mah lemotnya kebangetan sih,” Hana menimpali.

Egy hanya menarik napas sedalam mungkin, berharap rasa sesak didadanya bisa berkurang. Lalu melanjutkan bercerita pada ketiga sahabatnya. “Inget gak waktu itu pas MOPDB? Dia pernah BBM gue, minta buat jadi panitia juga barengan kita, terus gue iyain kan dan bilang ke kalian? Nah terus dia ngirimin lirik lagu JKT48 gitu, yang judulnya ‘karena kusuka dirimu’ ah gue pikir dia iseng aja dan dia juga suka sama JKT48. Terus pas kita udah masuk sekolah, dia sering duduk didepan kelasnya, eh giliran gue lewat dia nyanyi lagu ‘sewindu’ dari tulus, atau lagu ‘akhir cerita cinta’ dari Glend. Pernah juga pas gue lagi main hp di depan ruang OSIS, dia mau masuk terus mukul hp gue sambil nyanyi ‘Heavy Rotation’ yang liriknya I Love You terus lari masuk ke ruang OSIS. Awalnya gue biasa aja, eh tapi karena dia begitu terus lama-lama jadi Baper. Apalagi di ask.fm ada yang nyatain suka ke gue dan dia bilang kalo gue tempat dia berbagi, nah itu gue udah ngerasa juga tapi gue berusaha buat ga geer. Tapi namanya cewek, kaya batu aja kalo ditetesin air terus menerus lama-lama ancur juga kan?” Egy bercerita panjang lebar, mengingat kisah yang telah usai.

Hana, Nara dan Tiya hanya bengong mendengarkan cerita Egy dengan seksama. “Tuhkan Gy, bener kan dia suka sama loh, tapi lo nya gitu sih makanya dia nyari yang lain yang lebih peduli sama dia,” Nara kembali menyayangkan kisah Egy yang tidak jadi dengan Rizky.

Tiya dan Hana langsung memeluk Egy, kemudian disusul oleh Nara. Dengan kompak mereka mengatakan semangat kepada Egy.

Ketukan langkah tiba-tiba terdengar dari koridor sebelah kiri. Ayu dengan langkahnya yang lambat melaju mendekat kea rah Egy, Hana, Nara dan Tiya. “Oh kalian enak-enakan disini. Yang lain pada kumpul tuh di api unggun. Gak solid banget sih kalian,” Celetuk Ayu dan berlalu masuk ke dalam toilet.

“Ih ngeselin banget sih dia, gue matiin juga nih lampu toiletnya biar dia kegelapan,” Nara terpancing emosinya. Ayu memang musuh bebuyutan Nara sejak kelas XII.

“Udah ah, yuk kesana,” Ajak Tiya.

“Iya ayo, Eh gue cuci muka dulu yak,” Egy meminta ijin ke toilet sebentar.

Setelah Egy selesai ke toilet mereka kembali ke api unggun. Egy masih terbawa dengan suasana hati yang tidak karuang. Ia hanya terdiam ketika melihat Rizky tersenyum menyapa kedatangan mereka. Senyum manis nan menawan itu benar-benar membuat Egy makin merasa sesak. Acara latihan penutupan pun di buka oleh Tiya. Berhubung Tiya yang menjadi ketua pelaksana. “Udah selesai Bon acara ngobrol-ngobrolnya? Tanya Tiya pada pemandu acara.

Pemandu acara yang kerap di sapa Ambon pun mengancungkan jempolnya. “Malam semua,” Tiya dengan suara rendahnya menyapa seluruh peserta dan panitia. Dia berpidato singkat mengenai keterlaksanaan acara ini. “Oke, kita tutup acara LDKS ini dengan mengucap Hamdallah,” lalu Tiya kembali duduk ke tempat semula, dan mempersilakan pemancu acara kembali berjalan ke depan api unggun.

Dengan santai ia memberi instruksi untuk menyanyikan lagu ‘Kemesraan Ini Janganlah Cepat Berlalu’. Peserta, panitia dan Pembina OSIS kompak menyanyikan lagu legend tersebut.

Acarapun baru usai ketika mendekati waktu subuh. Egy segera bangkit duluan, rambut ikalnya bergoyang tertiup angin, ia menjulurkan tangan kepada tiga sahabatnya. Hana, Tiya dan Nara menyambut uluran tangannya. Mereka bergegas menuju masjid duluan, karena persediaan mukena di sekolahnya tidak begitu banyak, dan berhubung mereka belum berhijab jadi mereka harus berlomba mendapatkan mukena paling awal.

15 menit kemudian saat adzan dikumandangkan peserta datang bersusulan. Seusai sholat, acara penutupan yang sesungguhnya diadakan, dipimpin oleh Tiya. Acara penutupanpun dihadiri oleh Pembina OSIS dan Kepala Sekolah. Tepat hari minggu, pukul 10.00 mereka diperbolehkan pulang.

Sekolah benar-benar kosong dari peserta. Tersisa panitia yang sedang mengadakan evaluasi kecil-kecilan. Seorang diantara kami menyampaikan aspirasinya. Seorang cowok bernama Alif, teman yang belum lama ku kenal dan kebetulan menjadi panitia tambahan berkata “Ini adalah acara sekolah, latihan kepemimpinan. Jadi tolong untuk kedepannya, urusan pribadi dengan urusan ini dibedakan. Tolong dipisahkan dan ditiadakan deh urusan yang ga penting,” Ucapnya lantang.

“Maksudnya Lif?” Tiya mengernyitkan dahi.

“Iya, gue ngeliat ada acara nyata-nyatain perasaan. Hal yang jauh berbeda dan ga ada kaitannya dengan acara ini. Gue gak nyalahin siapapun, tapi tolong untuk acara ke depan, acara apapun itu. Gak usah ada acara kayak begituan lagi,” Alif menjelaskan.

“Oh, oke Lif. Saran diterima. Makasih sarannya,” Tiya mengacungkan jempol kepada Alif. Setelah evaluasi, mereka bermaaf-maafan dan berkumpul sembari meletakan semua tangan dan dihempaskan sembari mengucapkan semangat.

“Oke, gue harus semangat. Melupakan tentang Rizky, seseorang yang sempat singgah dihatinya, singgah karena perhatian yang diberikannya semu.”Batin Egy. Ia sadar, bahwa perhatian tak selalu menunjukan cinta, dan ungkapan cinta tidak selamanya tulus. Dan berprinsip bahwa berteman dengan lawan jenis ada batasnya, jangan terbawa oleh rayuan gombal yang semu. 

Komentar

  1. cerpennya menarik kak.. namun ada dibeberapa bagian terasa ada yang kurang dipahami maksudnya. namun, tetap semangat kak.. salut dengan karyanya.. lanjutkan kak.. (y)

    BalasHapus
  2. Terima kasih Kak, siappp. Kamu juga ya, semangat

    BalasHapus
  3. Wuaahh... Jadi kebawa juga nihh..

    Uummm. Sudah bagus Mba Nanda.. Cuma mungkin ada beberapa ketikan yang salah..

    Alurnya bagus, pesannya juga bagus.. Tapi masih perlu godokan lagi nih, biar lebih kental n makin seru isi ceritanya.. Hehehee..

    Semangaaaatt semanggaaaatttt....???!!!!!

    Hehehhee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ys Mbak Lena. Waaah iya insya allah diperbaiki di karya berikutnya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer