Tradisi Arak-arakan di Gegesik Cirebon

Perjalanan singkat kali ini bertujuan untuk melihat langsung bagaimana tradisi arak-arakan dalam rangka memperingati maulid nabi di kota Cirebon.
Tradisi yang menurutku unik, karena di Jakarta, tak pernah kutemui hal seperti itu.
Seusai aku sampai dan meletakan tas di rumah uwaknya sepupuku. Kami langsung menuju alun-alun Desa Gegesik. Di sana terdapat pasar malam dan terdapat grobokan serta air suci yang berisikan kembang untuk cuci muka orang-orang yang mempercayai bahwa air itu air yang berkhasiat untuk mendekatkan segala keinginannya.
Menurut cerita Ulfa, nama saudaranya sepupuku yang di sana. Katanya air itu air yang sudah disucikan dengan taburan berbagai macam kembang. Namun, aku lupa kembang apa saja. Katanya, jika mencuci muka dengan air tersebut, apa yang diinginkan bisa cepat terkabulnya. Namun, hal itu hanya berlaku bagi yang mempercayai. Aku menganggap itu sebagai keunikan tersendiri walau tak mempercayainya.
Berikut ialah air suci yang digunakan untuk cuci muka.

Berlanjut ke pemandangan yang ada di belakang tong yang berisi air suci. Di sana terdapat grebekan (Kalau tidak salah ingat).
Itu yang akan di bawa dan diarah esok hari beserta seorang yang dianggap sebagai jimat.
Aku kurang mengerti bagaimana cara orang tersebut dipilih sebagai jimat karena menurut pemaparan Ulfa tak ada filosofi khusus mengapa orang tersebut yang dipilih.
Di depan grebekan tersebut, terdapat dupa yang di bakar dan pisang beberapa tandan. Katanya dupa itu untuk memanggil leluhur, sedangkan pisang untuk sesajen. Lagi lagi kupikir ini keunikan tersendiri dari tradisi tersebut.
Grebekan yang diakan di arak pada perayaan tanggal 6 Desember 2017

Uniknya tepat ketika usai salat dzuhur pada tanggal 6 Desember. Antusias warga begitu besar untuk menyaksikan acara tahunan tersebut. Berbagai macam karya warga di arak dari masing-masing desa yang ada di sana. Di belakangnya diikuti oleh arak-arakan pengantin sunat.
Jimat yang terpilih dalam peringatan tahun ini

Wah, aku terkejut melihatnya. Terlebih ketika berpikir bagaimana karya sebesar itu dapat dibuat. Kreatif, unik, dan menarik.
Ternyata, karya itu dibuat dari hasil patungan dari warga desa. Dan dalam pembuatan karya arak-arakannya juga dari seniman dan sukarelawan yang ingin menampilkan yang terbaik untuk warganya.
Perjalanan singkat ini benar-benar menarik. Cirebon kota yang menurutku unik sebab tradisi yang dimilikinya.
Sayangnya, perjalanan ini amat singkat, jadi seusai arak-arakan itu berlangsung. Aku dan sepupuku langsung berkemas dan menuju stasiun Cirebon untuk kembali lagi ke Jakarta. Kota yang menyebalkan namun menyimpan banyak kenangan dan dirindukan.

Cirebon, 6 Desember 2017

Komentar

Postingan Populer