Tentang Hati yang Patah

Jatuh cinta itu indah. Namun, tidak selalu yang indah itu menyehatkan. 

Perihal jatuh cinta yang selama ini aku pertanyakan. Sebelumnya aku tidak pernah menyangka, bahwa jatuh cinta bisa serumit ini. Kadang kala aku dibuat tinggi karena manisnya, tetapi sesaat kemudian aku dibuat jatuh tersungkur olehnya. 

Cinta. Itu berarti kau dihadapkan pada dua kemungkinan yang harus siap kau hadapi; jatuh hati dan patah hati. Ya, mungkin saat ini aku lupa akan kemungkinan itu. Kemungkinan akan adanya patah hati. Ya, seorang teman pernah mengingatkanku, meyakinkanku akan sebuah rasa yang kuanggap jatuh cinta.

Percayakah kau akan sebuah rasa yang hanya diawali dari percakapan-percakapan ringan, obrolan-obrolan singkat, dan mata yang hanya bersitatap melalui layar handphone? Semula aku tak meyakini semua ini. Aku selalu menyangkali apa yang aku rasa. Ya, sepertinya mustahil bagiku untuk jatuh hati pada ia yang belum pernah aku jumpai secara langsung. Namun, inilah yang aku rasakan. Senyumku merekah ketika ia menghubungi. Dan gelisah ketika ia tidak mengabari. Ah, perihal hati sungguh sulit aku pahami.

Perlahan, dirinya berhasil meluluhkan bekuku, aku dibuat terpesona olehnya. Aku sadar, aku telah jatuh hati padanya. 
Namun, aku sadar, kini tidak lagi berlaku baginya. Aku tiadalah lagi berarti baginya. Bahkan secara tiba-tiba ia menjauhiku. Ya, semula yang begitu dekat dan menyenangkan, kini menjauh, dan bagiku ini kehampaan.

Ya, cinta yang semula menghangatkan kini berubah menjadi menghanguskan. Ya, mungkin inilah maksud dari api kecil menghangatkan dan api besar menghanguskan. Mungkin juga ini pertanda hatiku sedang butuh untuk dikendalikan.

Perihal hati, sungguh sulit aku pahami. Memahami hatiku saja terasa sulit. Bagaimana untuk memahami hatimu, yang tidak dapat aku ukur kedalamannya. 

Ah, sudahlah. Kini, aku ingin melepaskanmu, membebaskanmu. Ya, selama ini pun, mungkin hanya aku yang terlalu menaruh rasa. Dan berharap yang dulu pernah kau ungkap ialah nyata. Namun, aku sadar, semua itu belumlah nyata untukku. 

Dan perihal yang pernah aku ungkap kepadamu, ialah nyata. Kau ialah yang pertama, yang dapat membuatku ingin mempercayakan hati. Selama ini memang mungkin aku kerap mengagumi, dan menyimpan rasa. Namun kepadamu, aku berani untuk mengungkap segala yang aku rasa. 

Sudahlah. Kini saatnya aku merelakanmu. Aku teringat akan definisi cinta yang pernah kubuat. Bahwa cinta ialah merelakan, ya dan kini kau kurelakan memilih jalanmu. Karena kutahu, aku bukanlah jalan yang kau pilih.

Terima kasih karena telah membuatku merasakan bagaimana rasanya mencintai dan dicintai walau hanya sesaat. Terima kasih atas segala pelajaran yang kau beri ketika kau menemani. Ya, tetaplah menjadi orang yang mengagumkan. Semoga tak ada lagi hati yang kau patahkan setelah aku. 

Aku sadar. Jarak yang kurasa bukan hanya berasal dari kita yang berjauhan, tetapi juga kau yang memberi pembatas agar aku tak lagi dapat menembusnya.

Perihal dulu aku yang pernah berkata ragu saat kau berkata yakin, aku hanya ingin melihat sejauh mana kau yakin dan mampu meyakiniku. Mungkin kini terjawab sudah. 

Komentar

Postingan Populer