Menata Diri Berhenti Berekspektasi

Rasanya waktu berjalan dengan amat cepat, kok kayaknya baru kemaren malam pergantian tahun terus tiba-tiba sekarang udah memasuki hari ke enam belas di bulan kedua aja. Entah waktunya yang berjalan amat cepat atau gue yang belum bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam menjalani hari-hari di tahun yang baru ini. 

Sebenernya gak ada yang benar-benar spesial dari tahun yang baru, toh semua sama aja. Sama-sama harus dilalui dan dijalani dengan sebaik-baiknya. Betul tidak? Gitu kan ya idealnya. Menjalani hari dengan sebaik-baiknya.

Ngomongin tentang menjalani hari dengan sebaik-baiknya kayaknya bakal bersinggungan dengan sesuatu yang masih aja jadi pernyataan dan suatu hal yang mestinya bisa gue capai. Demi ketenanangan lahir dan batin. 

Terkadang gue berpikir, kenapa gue mudah sekali kecewa dengan berbagai banyak hal, termasuk pada hal-hal yang sebenernya itu di luar kendali gue. Kayak, gimana orang lain, seringnya orang yang gue sayang dalam memperlakukan gue. Perasaan gue seringkali gak kendali, gue menjadi mudah marah dan kecewa dengan hal yang seharusnya gak usah dibuat pusing. Contohnya kayak, gue lagi merasa kangen, dan gue ingin ngobrol random dengan orang tersebut, namun sayangnya, orang tersebut sedang merasa ngantuk dan mengatakan dia mengantuk, ingin tidur. Gue menjadi mudah kecewa dan kesel dengan pernyataan itu, yang harusnya gue bisa biasa aja dan membiarkan dia dengan pilihannya sendiri. Gue merasa itu sebuah penolakan, melukai gue dan dengan mudahnya gue bersikap menunjukan rasa tidak suka. See? Kekanakan ya, haha. Gue juga kadang berpikir gitu. Gue terlalu kekanakan.

Lantas dari kejadian itu, dia mengajarkan gue untuk lebih mengerti keadaannya, awalnya gue menolak, namun setelah gue pikir lagi, yap, itu hidup dia dan dia lah yang berhak mengendalikan. Satu hal yang harus gue kendalikan ialah diri gue. Berat banget sih asli. Tapi mau gak mau gue harus bisa.
Pelan-pelan gue mau mulai mencoba untuk bisa menata diri gue lagi, mengevaluasi hal-hal yang pernah gue lalui dan jadi penyebab sempat berjarak dengan dia. 

Menata diri kayaknya gak akan semudah gue cuap cuap di sini mengenai isi kepala gue hari ini. Tapi memang sesulit apapun, walau harus jatuh bangun, gue harus bisa mengawalinya. Ada hal yang gue rasa jadi pemicu dalam segala rasa kecewa, ialah ekspektasi. Yap, gue rasa ekspektasi itulah yang menyebabkan rasa kecewa atau bahagia itu lahir. Sesimple, kalau itu tercapai ya bakal seneng, tapi kalau gak kecapai ya sedih dan kecewa.

Berhenti berekspektasi, mungkin akan sulit, sebab hari-hari yang dijalanin dan pilihan-pilihan yang gue ambil pasti diiringin oleh ekspektasi. Sesimple gue bakal biasa aja kalau lagi kangen doi, gue hubungin dia, dan ada ekspektasi dia merasakan hal yang sama dan bisa melahirkan percakapan panjang yang kelak meluruhkan sedikit rasa rindu itu. Tapi ternyata gak sesuai ekspektasi, 
Duh ya, kayaknya emang gak jauh jauh dari perasaan ya yang gue tulis, tapi kayaknya emang hal itu yang pada akhirnya membuat gue memikirkan hal ini.

Komentar

Postingan Populer