Kembali Tak Menentu

Lagi lagi perasan ini menjadi tak menentu. Benar katamu, pergi tidak akan menyelesaikan sesuatu. Dan, kupikir caraku yang lebih memilih pergi ketika kau tak menanggapi memang cara terbaik agar perasaanku segera mereda. Agar aku tak lagi menyakitimu.

Kini, kau kembali datang, ketika logikaku hampir berhasil mengalahkan perasaan. Dan, hampir saja perasaan kembali menguasaiku. Kini, logikaku sedang berjuang, setidaknya agar tidak dikuasai oleh perasaan. Aku ingin terbebas dari segala rasa itu, entah rasaku yang terkadang ragu, cemburu dan tak jarang rindu.

Dapatkah aku tetap bersamamu, menjadi temanmu, tanpa memiliki segala rasa itu?
Dapatkah kau mengajariku, bagaimana ketika rasa cemburu menghinggapimu, tetapi kau dapat mengatasi dan menyembunyikannya dariku?

Terkadang, aku heran dengan diriku, mengapa aku cemburu ketika kau menyebut namanya, tapi katamu cemburuku itu membuatmu senang, itu berarti merasa seolah memilikimu. Dan, sejujurnya aku pun merasakan hal itu, aku pun sedikit terkejut ketika menyadari kau memiliki rasa cemburu ketika aku menyebut namanya. Lucu memang, kau dan aku masih ama-sama memiliki rasa cemburu, disaat kau dan aku tak lagi bersatu.

Kini, biarkan kita membiasakan diri untuk tetap menjalin komunikasi, tanpa terganggu dengan rasa cemburu dan rindu. Kini, biarkan kita seperti semula, seperti rasa itu sama-sama sempat kita miliki. Dan, seperti katamu, jika memang kau ditakdirkan tuk bersama, kelak kita kan bersama. Biarkan saat ini kita berjalan tanpa ada ikatan.


Komentar

Postingan Populer