Hari-Hari Tanpa Smartphone

Ternyata menjalani hari tanpa smartphone itu sungguh merepotkan ya!
Bagaimana tidak, satu benda kecil mampu menampung begitu banyak hal hanya dengan sentuhan-sentuhan kecil di layarnya. Dan kini, udah genap 2 minggu itu gawai gak ada di genggaman gue. Rasanya benar-benar merepotkan dan bikin kesel sendiri. Segala kegiatan yang biasanya dilakukan dengan mencet-mencet layar hape kini berganti dengan menunggu waktu yang tepat untuk minjem hape adik-adik gue sekadar buat online instagram dan melihat DM.

Asli! Gue bener-bener ngerasa kerepotan dan merasa bersalah sendiri. Ya, setidaknya kalau kegiatan belajar mengajar dan konsultasi itu lewat tatap muka mungkin gue gak akan sekesel ini kali ya. Nah, ini, gue bener-bener merasa bersalah ketika melihat siswa gue yang jadi kerepotan harus nge add pertemanan di media sosial dan melakukan konsultasi lewat sana. Bahkan diantara mereka sampai harus menunggu beberapa waktu untuk melakukan konsultasi online. Tapi setidaknya gue masih harus bersyukur, karena sekolah memfasilitasi gue notebook yang bisa dipakai buat kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. 

Kadang gue mikir, gue masih suka misuh-misuh, kesel karena gak ada hape, tapi sebenernya hal itu gak akan membuat gue berkembang. Ya, setidaknya itu bisa membuang aliran energi negatif yang ada dalam diri gue, contohnya kayak sekarang ini. Gue misuh-misuh, nulis kekeselan gue yang kadang gue pikir memang mesti disalurkan dan dikeluarkan sesegera mungkin. Gue sadar, rasa kesal juga bagian dari emosi yang ada di dalam diri gue. Rasa itu pun perlu divalidasi. Dan rasa kesal yang ada harus segera diatasi agar tidak menumpuk dan membuat itu meledak suatu waktu.

Hal lain yang kadang gue sadari ialah, betapa gue begitu ketergantungannya dengan hape. Terbukti dari gue yang jadi snewon dan misuh-misuh. Sebelum kejadian hape kecemplung, gue sempet vakum dari dunia permedsosan. Gue mencoba untuk deactive dari semua media sosial yang gue punya, mulai dari facebook, instagram, bahkan twitter. Awalnya emang agak berat. Jempol gue masih suka gatel pengen tau apa yang terjadi sama dunia luar, tapi ada satu yang harus gue capai kala itu. Gue harus bisa merdeka dengan diri gue sendiri, gak membandingkan diri dengan orang lain, menghentikan candu si media sosial yang membuat banyak waktu gue abis gitu aja, dan ada alasan lain sih karena gak ingin dilihat orang lain. Yap, gue seinsecure itu kala itu. Bahkan ketika gue udah coba bahas tentang self love, gue lalai lagi dalam mencintai diri gue, kala itu.

Sebenernya teknologi dan kecanggihan yang ada sekarang bukanlah musuh yang harus dihindari, tapi harus dikendalikan.

Itu hal yang lagi coba gue pelajari. Ya, seperti saat ini, gue kembali menggunakan media sosial yang gue punya, tapi ada satu hal yang harus bisa gue kuasai, yaitu diri gue sendiri. Gue harus bisa menguasai gimana caranya agar diri gue gak dijajah oleh apa yang gue lihat di sana. Jika sebelumnya gue lebih banyak menggunakan media sosial untuk membandingkan diri dengan yang lain, kini gue harus bisa menggunakan itu sebatas komunikasi dan mencari informasi. Sulit sih, karena kadang gue masih suka bandel, membandingkan diri dengan hidup orang lain. Ya, kadang gue suka lupa aja, kalau setiap manusia itu punya orbit lintasan masing-masing. Setiap dari kita punya jalan hidup masing-masing. Ya, kayak semacam, ada yang selepas sekolah dia nikah. Ada yang selepas sekolah di kerja. Ada juga yang masih melanjutkan pendidikannya, dsb.

Kadang gue lupa, kalau hidup ini gak selalu berjalan sesuai apa yang kita mau. Kadang Tuhan menghadiahkan kejutan-kejutan kecil yang mungkin sempat membuat kita bertanya-tanya "kok bisa?" "kenapa harus gini" dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. 
Contohnya kayak sekarang haha. Gue sedang dihadiakan agar bisa menjalani hari tanpa gawai. Mungkin Tuhan ingin mengajarkan bahwa apa yang gue punya itu sifatnya sementara. Punya waktu. Dan gue harus bisa merelakannya. Yap, setidaknya dengan benda kecil yang masih gue sayangi itu, gue sempat banyak dapat hal baru dalam hidup gue. Benda itu pernah gue pake buat nulis blog, nulis di wattpad, buat nulis di instagram, ngeyutub, komunikasi sama orang-orang banyak, buat foto-foto, dan masih banyak hal lain yang pernah gue lakuin disana. Gue sangat berterima kasih atas hal yang pernah gue dapat disana, ya, makasih sama hape putih dan ayah yang membelikan gue hape itu kala gue tingkat 2 di kampus. 

Duh kok jadi kemana-mana gini ya. Gapapa kan? Ini tulisan katarsis kok cuma buat pelepasan emosi hehehe.

Komentar

Postingan Populer