Sekelumit Tanya tentang Cinta


Hari ini adalah hari ke dua puluh tujuh di bulan April. Harusnya ini adalah hari kesekian aku menulis jurnal 365 hari, tapi karena lama tak jalan, jadinya kuputuskan untuk mengentikan projectku itu. Rasanya aku tak sanggup untuk mengejar ketertinggalan yang cukup banyak. Setelah sekian lama gak ngeblog, hari ini aku mau mencoba menanyakan dan menjawab pada diriku sendiri pertanyaan-pertanyaan yang sempat aku ajukan ke beberapa orang. 

Apa yang terlintas dalam pikiranmu jika mendengar kata cinta?

Menurutku, cinta adalah sebuah perasaan yang juga menjadi kebutuhan bagi setiap manusia. Maslow pun menyebutkan dalam segitiga kebutuhannya, bahwa cinta dan saling memiliki menjadi salah satu kebutuhan manusia.

Cinta dapat menjadi indah jika bertemu dengan hal yang indah. Namun, cinta juga dapat menjadi derita, jika bertemu dengan hal  yang membuat kecewa dan terluka. Begitulah sedikit kutipan yang pernah kubaca dari sebuah buku.

Bagiku, cinta sama halnya dengan memberi dan merelakan. Membiarkan ia datang atau pergi. Cinta tak seharusnya memaksakan. Karena tak selamanya ia yang kita cinta, juga mencintai kita, bukan? Ya, memang katanya cinta itu berjuang, tapi, bukankah berjuang lebih terkesan memaksakan? Sedangkan cinta, bukankah sebuah rasa yang hadir tanpa terduga; tiba-tiba?

Entahlah, aku sendiripun sering berpikiran bahwa apa yang telah kulakukan terkesan memaksa, seperti menuliskan keresahan dan kegundahan dalam aksara agar ia membacanya dan lantas tahu isi hatiku lalu setelahnya membalas perasaanku. Akhir-akhir ini aku menjadi berpikir bahwa apa yang telah kulakukan ialah hal yang keliru. Aku sadar jika yang aku lakukan selama ini adalah serupa dengan bentuk cari-cari perhatian darinya. Dan, kupikir, sudah seharusnya aku mengakhirinya. 
Aku terlalu memaksa walau memang setiap yang kutuliskan tanpa nama dan bisa saja bersifat luas. Dan, aku menjadi berpikir, yang harus aku lakukan adalah membiarkannya, lantas ia akan datang jika memang ia ingin datang, ia akan tercuri jika memang aku telah mencurinya; perhatiannya. Dan, jika memang ia tak pernah ingin datang, tak apa, karena memang pada dasarnya setiap hati memiliki magnetnya sendiri, bukan? Mungkin, aku saja yang masih keliru memilih magnet yang akan menjadi pelengkap dan penggenapku. Aku tahu, akan ada saatnya kedua magnet itu kan bertemu dan saling tarik menarik, tanpa memaksa.
Entahlah, aku sendiri belum banyak memahami tentang cinta. Khususnya cinta kepada lawan jenis. Karena dalam pembahasan ini, aku lebih menitikkan pemikiranku mengenai cinta ke lawan jenis. Mengapa ke lawan jenis saja? Kan cinta itu cakupannya luas? Iya, cinta memang cakupannya luas, oleh sebab itu, aku ingin mencoba belajar dan berpikir mulai dari lawan jenis, ehm, sebenarnya bukan hanya itusih alasanku. Alasan lainnya adalah karena aku tengah mengalami kebimbangan dengan sebuah perasaan yang akhir-akhir ini menganggu pikiranku. Dan aku ingin segera menemukan jawaban dari apa yang sering terlintas dalam tanyaku akhir-akhir ini, jika kau ingin mendiskusikannya denganku, aku senang dan bersedia untuk mendengarkan jawabanmu mengenai cinta.
Mungkin terdengar sepele, disatu sisi seperti ada yang bilang “ngapain sih pusing-pusing mikirin beginian? Kerjain aja dulu skripsinya.” Tapi sisi lain menjawab bahwa ini juga hal yang penting untuk segera kuketahui. Aku tak ingin jika otakku selalu bertanya, tapi tak jua menemukan jawaban. Ya, sekelumit tulisan yang berlibet diatas ialah pemikiranku mengenai cinta pada saat ini, entah bagaimana dengan besok, mungkin akan mengalami perubahan, setelah aku kembali membaca, berdiskusi dan sedikit mengobservasi.

Komentar

Postingan Populer