Katarsis di Jumat Sore

Rasanya sudah beberapa waktu berlalu segala drama insecure dan overthingking di kepala tak juga kunjung hilang dan lenyap berganti dengan kedamaian dan ketenangan di dalam diri. Terkadang gue merasa sangat telat untuk menjadi seseorang yang dewasa di usia yang seharusnya saat ini gue udah bisa stabil dalam mengelola emosi. 

Ah, lagi lagi gue menggunakan kata seharusnya. Sungguh, satu hal yang sulit gue lepaskan dari diri gue, yaitu menuntut diri. Ya, entah ini benar atau salah gue rasa ketika gue menggunakan kata seharusnya ini jadi seakan keharusan yang mesti segera terselesaikan. Padahal sejatinya kedewasaan itu sendiri pun sebuah proses. 

Memang benar, usia gue saat ini sudah memasuki usia dewasa, tapi banyak sifat dari diri gue yang belum bisa dikatakan dewasa. Terkadang gue malu dan sedih ketika menyadari hal itu :( Entah apa yang membuat gue gak kunjung menjadi pribadi yang dewasa saat seharusnya gue udah bisa menjadi seorang wanita yang dewasa. Ah, lagi lagi seharusnya......

Bagi kalian yang dekat dengan gue pasti udah gak heran atau bahkan kesel menghadapi gue yang seringkali moody, labil, panikan, egois, cengeng, sensitif, baperan, berisik, atau kadang jutek dan suka meledak-ledak menghadapi peristiwa yang gak gue sukain.

Ya, semua adalah bagian dari diri gue yang gue rasa mesti gue benahin secara perlahan. Terkadang gue merasa sangat bersalah pada orang di sekeliling gue ketika harus menghadapi gue yang seperti itu. Dan, kadang kalau melihat ke belakang, gue seringkali bersikap semau gue dan gak memikirkan bagaimana perasaan orang-orang yang menghadapi gue ketika gue lagi kumat gak jelasnya. Maaf ya, kalau selama ini gue selalu bersikap semaunya sama kalian. Dan terima kasih atas kesabaran dan kesetiaan kalian dalam menerima gue apa adanya.

Sekarang gue mulai merasa ada banyak masalah dalam diri gue yang mesti gue selesaikan satu per satu secara perlahan. Terkadang gue merasa apakah gue harus menarik diri dari orang-orang di sekeliling gue sampai gue benar-benar pulih, ataukah gue harus menyembuhkan diri gue dengan tetap menjalani hari seperti biasanya. Asli, gue takut banget kalo gue jadi toxic dalam kehidupan orang lain. Itulah kenapa gue kadang berpikir untuk menarik diri sejenak dari lingkungan gue. Tapi kalau gue boleh jujur, gue belum sanggup untuk benar-benar memulihkan diri seorang diri. Biar gimanapun gue membutuhkan mereka. Gue butuh support, dukungan dan afirmasi dari mereka. Ya, gue membutuhkan itu. Tapi terkadang gue malu untuk mengakuinya.

Gue tahu ini sudah terlambat, tapi gak apa lah ya, setidaknya saat ini gue ingin mencoba untuk berusaha bisa lebih baik dari sebelumnya. Ya, ini bukan hal yang mudah, dan bukan hal yang cuma bisa dilakukan sekali dua kali. Ini adalah sebuah proses dan gue sadar gue harus bisa melakukannya setiap saat.

Lagi, dan lagi, satu hal yang harus gue lakukan saat ini adalah; memaafkan diri sendiri. Seringkali gue berkata pada mereka yang curhat untuk segera memaafkan dan berterima kasih pada diri sendiri. Padahal seringkali gue lupa akan hal itu. Gue seringkali malu untuk menyadari dan mengakui kesalahan gue pada diri sendiri.

Berat memang menyadari kalau diri ini pun berhak salah, wajar salah dalam menjalani hari-hari menjadi manusia. Tapi, bukankah dengan adanya kesalahan itulah yang membuat kita sadar bahwa kita adalah seorang manusia yang berhak salah dan wajar jika salah. Terkadang, kita perlu memaklumi diri sendiri bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita wujudkan. Terkadang kita lupa bahwa ada campur tangan Semesta dalam kita menjalani hari-hari di bumi ini.

Hufftttt. Berat. Itu yang gue rasain sekarang. Gue merasa ada sesuatu yang gak nyaman di dada dan juga pundak serta kepala. Mungkin belum sepenuhnya gue mau menerima, mungkin ada sedikit penyangkalan yang akan gue lontarkan kepada diri gue nantina. Tapi percayalah, Nan, lo harus mengakui semua ini, bahwa lo hanya seorang manusia yang berhak salah, memang tidak sempurna, dan wajar jika tidak semua ingin lo bisa terpenuhi dalam waktu sekejap.

Berat memang ketika menyadari bahwa lo belum bisa menjadi pribadi yang dewasa di usia saat ini. Tapi, itu lebih baik bukan daripada lo gak menyadari dan mengakui apapun yang terjadi pada diri lo saat ini. 

Nan, lo adalah seorang manusia, yang ingin tumbuh dewasa, satu hal yang harus lo lakuin saat ini adalah, menerima. Ya, terima jika memang nyatanya lo belum dewasa, terima kalau memang nyatanya masih banyak kekurangan dalam diri diri lo, terima apapun yang ada dalam diri lo sekarang.

Keep calm, Nan!

Hidup itu perjalanan.

Sekarang ketika lo mulai menyadari dan mengakui itu, lo boleh berhenti sejenak. Lambaikan tangan pada segala yang ada di belakang, termasuk pada perasaan sakit, kecewa, marah, kesepian, atau apapun yang masih mencoba untuk menempel di hati dan kepala lo. Udah saatnya untuk berdamai. Biar lo lebih lega, biar lo segera pulih.

Teruntuk diriku, terima kasih atas segala usaha yang telah kau lakukan. Terima kasih untuk semua perjalanan yang telah coba kau lalui. Terima kasih atas apapun yang ada dalam diri lo.

Maaf, maaf jika aku masih terlalu keras dalam menuntutmu, maaf jika aku memaksamu untuk menjadi pribadi yang sempurna. Maaf, jika aku memaksamu untuk mewujudkan segala inginku. Maaf atas apapun kekacauan yang kuperbuat. Maaf atas segala luka yang tak kunjung kulepas. Maaf atas amarah yang kadang lepas kendali. Maaf. Maaf atas semua kesedihan dan kesusahan yang seakan kudiamkan dan kubiarkan terkungkung dalam dirimu. Maaf.

Lepaskan. Lepaskan segalanya. Lepaskan segala kesedihan yang kau rasakan entah karena apapun. Lepaskan. Ingatlah bahwa semua yang telah terjadi itu yang memang mungkin sudah seharusnya terjadi entah untuk alasan apapun. Entah untuk mendewasakanmu tanpa kau ketahui. Entah untuk menguatkanmu untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Maafkan. Lepaskan segala amarah yang masih kau simpan rapat-rapat dalam hati. Lepaskan agar hatimu lebih lega dan ringan. Lepaskan. Tak ada yang abadi. 

Teruntuk orang-orang yang pernah tersakiti olehku, entah karena perlakuanku, perkataanku atau apapun yang ada dalam diriku, maafkanlah. Maafkan jika aku sering menyakiti perasaanmu. Maafkan jika seringkali aku memperlakukanmu semauku. Maafkan diriku. 

Dan terima kasih untuk kalian yang masih mau membersamai dan menungguku untuk terus memperbaiki diri. Terima kasih.

Komentar

Postingan Populer