Pertemuan singkat dengan orang-orang hebat

Seketika, kuteringat akan peristiwa di hari itu. Pada sebuah waktu yang menurutku teramat singkat, mengagumkan dan sebenarnya masih sulit untuk dipercaya.

Bertemu dengan penulis idola pasti meninggalkan kesenangan tersendiri dihati pada pembacanya. Ya, sebut saja waktu itu, pada tanggal 27 Oktober, dalam kesingkatan waktu yang kumiliki, aku mencoba untuk memberanikan diri mengunjungi kampus yang banyak digemari oleh sebagian orang.

Ketika mengetahui kegiatan bedah buki Jatuh dan Cinta milik Uda Boy, dengan perasaan menggebu, aku mencoba untuk bertanya dimanakah letak gedung itu pada seorang teman yang kebetulan sedang kuliah di sana. Dan, nasib baiknya, dia bersedia mengantarku dan menjadi pemandu jalan dari stasiun sampai gedung acara. Ya, walaupun ia juga belum tahu, tapi katanya tak apa, biar nanti bertanya sama dengan orang-orang yang kebetulan berpapasan di jalan. Syukurlah, kupikir langkahku menuju tempat acara dan menyimak ulasan Uda Boy akan semakin mudah.

Namun, memang dasar ceroboh, akibat terlalu bersemangat bertanya tempat, sampai-sampai aku lupa kalau harus registrasi sebelum mengikuti acara tersebut. Kupikir, tak apalah telat sehari-dua hari mendaftar, pasti ada kursi kosong, setidaknya satu untukku. Karena temanku itu hanya mengantar dan kembali menjalankan rutinitasnya untuk kuliah di waktu yang berdekatan dengan mulainya acara.
Namun, ternyata tak seperti yang kubayangkan. Aku kehabisan tiket. Rasanya, pupus harapan ketika mengetahui tiket masuk mengikuti Bedah Buku Falasido UI jilid XI - tepatnya di Auditorium Gd. X FIB UI- sudah habis.

Dengan perasaan kecewa, aku mencoba memberi kabar kepada temanku itu bahwa aku tidak jadi ke sana, karena telah kehabisan tiket. Namun, dengan baiknya dia memberiku ide, bahwa tak apa tetap datang, ya setidaknya mengaku saja sebagai panitia, atau minta diijinkan masuk walau harus berdiri selama acara.

Aha! Kupikir itu ide baik. Tak apa berdiri, yang penting bisa menyimak ulasan Uda Boy tentang bukunya itu, syukur-syukur bisa bertanya.

Dan, dengan tekad yang kembali penuh, aku makin bersemangat untuk mengunjungi kampus kuning yang pada mulanya menjadi bagian dari kampusku.

Tiba pada hari yang ditentukan, dengan semangat yang membara, aku berjalan seorang diri, dari sekolah tempat PKL, lalu ke kampus hijau, dan kemudian melakukan perjalanan menuju stasiun yang telah kami tentukan.

Singkat cerita, di sana aku bertemu kembali dengan teman SMAku itu. Jujur saja, aku sedikit gugup karena baru kali ini berada dalam suasanya yang amat hening, sebab tidak ada kawan kami yang lain lagi seperti perjalanan yang lalu. Untungnya, kegugupanku sedikit terobati karena dia yang memulai percakapan hingga kami sedikit berbincang seputar hal ringan selama perjalanan itu.

Mulai dari bahasan yang menurutku gak penting karena kegugupanku itu, bayangkan saja, aku sampai bertanya mengenai kok di kampus ini banyak banner ya? --Duh, gak jelas banget kan ya? Haha-- sampai pada bahasan mengenai kabar masing-masing dan juga hobi menulisku.

Setidaknya walau merasa gugup, aku merasa aman karena menganggapnya sebagai teman yang baik dan bisa dipercaya.

Hampir setengah jam kami melakukan perjalanan dari stasiun menuju tempat acara. Setibanya di tempat acara, dia menanyakan mengenai kebenaran tempat acara itu dan mengimbauku untuk melakukan registrasi. Sampai hingga kemudian datanglah seorang wanita yang juga tampak kebingungan sepertiku. Dia memperkenalkan dirinya kepadaku, namanya Nisa, dan meminta izin untuk bergabung bersamaku. Dari sana, aku jadi kenal dan bertukar cerita secara singkat dengannya, sampai-sampai aku membiarkan temanku sendirian. Maaf, ya. Namun, ketika Nisa, menanyakan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya olehku dan temanku, aku kebingungan menjawabnya, dan temanku itu bertanya mengenai apakah tas itu bisa dititipkan terlebih dahulu? Namun sayangnya, kami belum diperbolehkan masuk dan dipersilakan untuk menunggu di luar dulu.

Akhirnya, dengan kebingungan yang melanda, akan melakukan aktifitas apa untuk menunggu acara selama setengah jam lamanya, aku mengajak mereka untuk mencari tempat duduk, setidaknya untuk beristirahat. Maklumlah, selama setengah hari itu, perutku belum juga terisi makanan, walau tak terasa lapar, tapi rasa lelah itu ada juga.

Sesaat sebelum aku beranjak mencari tempat, temanku itu meminta ijin untuk beranjak lebih dahulu. Persiapan menuju kelas, katanya jam 14.30 nanti dia juga ada kelas.

Dengan rasa yang amat senang, aku berterima kasih karena telah mengantarku pada sebuah tempat dan acara yang kuidamkan. Dia membalas dengan anggukan, senyuman, dan ucapan singkat.

Setelah itu, barulah aku dan Nisa mencari tempat untuk sholat dzuhur dan berdiskusi. Ternyata, bertemu dengan orang baru itu seru dan asyik. Karena darinya aku bisa belajar banyak hal.

Dan, kemudian, acara akan segera berlangsung. Kami dipersilakan masuk menuju ruang acara. Setengah jam berlalu semenjak kami masuk sampai pembukaan dan sambutan dari ketua pelaksana dan ketua yang lainnya. Dipenghujung acara, aku benar-benar senang karena mendapatkan bertanya secara langsung. Ini pertama kalinya aku mau bertanya di depan khalayak ramai. Biasanya aku paling takut banget buat bertanya di tempat umum, seperti di kelas atau di forum diskusi lainnya. Namun, bagiku kali ini beda. Aku memberanikan diri untuk bertanya. Dan syukurlah mendapatkan jawaban yang baik menurutku.

Selesai acara, aku mencoba untuk membalas pesan singkat temanku itu. Kupikir ia masih ada kelas ketika mengabariku harus pulang ke rumah bukan ke kosan. Kebetulan rumah kami searah. Aku tahu itu karena dulu, semasa SMA,seringkali satu metro, haha.

Dan, kumencoba untuk menunggu sampai pukul 17.00. Karena kondisi batre yang habis dan awan mendung menaungiku. Aku memutuskan untuk beranjak dan pulang sendiri dari tempat yang kukabarkan untuk menunggunya. Sesampai di rumah. Dengan perasaan riang aku mengisi daya gawai dan mengaktifkan kembali gawai yang sudah mati dayanya selagi di UI. Ternyata, dia sudah pulang duluan, karena kuliahnya telah selesai sebelum acaraku selesai. Dan ternyata dia juga kehabisan daya seusai mengabariku bahwa dia ingin balik ke rumah.

Untunglah, kupikir dia akan lebih lama dariku berada di kampus. Ternyata, dia sudah lebih dulu dariku beranjak dari kampus.

Pertemuan singkat yang amat bermakna.
Terima kasih kepada Allah yang telah mengizinkanku menuju tempat itu dan bertemu orang-orang hebat di sana. Terima kasih kepada pihak penyelenggara acara yang telah membuat acara keren ini, terima kasih kepada kau, teman SMAku yang telah mengantar dengan selamat sampai tujuan, dan terima kasih pula kepada Nisa yang telah banyak bertukar pikiran kepadaku.
Teruntuk kalian, pengisi sebagian kecil dari fragmen-fragmenku.

Komentar

Postingan Populer