Menjelang Pergantian Tahun Lagi

Menjelang pergantian tahun (lagi) membuat gue pengin berhenti sejenak buat melihat diri gue dalam satu tahun belakang ini. Gak berasa banget, sekarang udah masuk ke bulan Desember. Yap, welcome Desember! Telat lagi ya buat menyapa. Gak apa lah ya, setidaknya masih inget buat membuka bulan dengan nulis blog lagi setelah sekian lama vakum. 
Di kamis yang masih mendung sisa-sisa hujan semalaman ini gue lagi duduk sembari menunggu waktu makan siang di sekolah. Bukan buat sekolah kok, cuma sekadar ngawas dari sekolah disaat murid gue mengikuti UAS dari rumah. Semangat ya semuanya!
Gue mencoba untuk melihat diri gue ditahun ini, di tahun ini kayaknya gue gak punya resolusi, gue sekadar hanya pengin mencintai diri sendiri. Dan, ternyata, gue belum bisa sepenuhnya mencintai diri sendiri dengan utuh. 
Belakangan gue menjadi semakin gak karuan. Asam lambung sering banget kambuh, karena pikiran semakin berkecamuk, kusut, dan gak mau beraturan. Rasanya tuh ya, yang paling sulit ialah menjinakan dan mendamaikan diri sendiri. Yap, its true. Gue kadang harus banget ngeganggu sahabat-sahabat gue sekadar buat nemenin gue nangis by phone. Asli, gue secengeng itu. Apalagi kalau berurusan dengan hati. Hahaha. Payah! Efek belum mencintai diri gue sendiri secara utuh kalau analisis gue dan sahabat gue yang seringkali mendengarkan gue nangis. Gue bersyukur banget gays punya kalian, peluk jauh dari akuhhh wkwkw. 
Eing ing eng, gue mau bercerita sedikit, tentang bagaimana gue membuka Desember. Seringkali gue membuka bulan dengan tangis dan air mata. Ihhh drama banget ya. Hahaha. Gapapa deh drama, karena begitulah yang gue alamin ketika itu.
Ekspektasilah yang membuat tangis itu luruh. Emang dasar otak dan hati gue bebal kali ya, sudah berulang kali nasihat itu digumamkan bahwa jangan pernah menaruh ekspektasi sama manusia, masih aja melakukan itu. 
Entah harus gimana lagi gue meyakinkan diri gue bahwa jangan pernah menaruh ekspektasi agar tidak kecewa. Entah. Rasanya gue pengen mencak-mencak sama diri sendiri. Tapi, rasanya percuma. Terlalu keras sama diri sendiri juga malah menambah sakit dan derita. Gue teringat dengan lagu Fiersa bahwa pelik bisa diredakan dengan peluk. Dan peluk terbaik ialah peluk diri sendiri. Peluk yang jujur, tulus dan tanpa pamrih. Yap, kayak waktu Kim Soo Hyun nyontohin di drama Its Okay not to be okay. Itu sedikit menenangkan.
Setelah ini gue harus bisa menyediakan waktu buat me time, dan melakukan evaluasi atas hari-hari yang telah gue laluin belakangan ini. Semoga kelak gue bisa lebih baik lagi dan bisa mencintai diri gue dengan utuh.
Peluk untuk diriku yang sangat pelik hihihi 
with love,

Komentar

Postingan Populer