Belajar menggambar

Hello. Welcome Mei. Selamat bertemu kembali dengan tanggal 1. Tanggal yang jadi favoritnya banyak orang, termasuk gue. Terlebih tanggal ini meninggalkan kesan manis buat gue, haha. 

Udah hampir mau 2 bulan semua kegiatan di luar dibatasi dan kita semua diimbau buat tetap di rumah. Yap, stay at home. Demi kebaikan bersama. Demi memutus mata rantai penularan Covid-19 yang lagi mewabah di dunia.

Bagi sebagian orang, tetap stay di rumah itu mengasyikan, yap bagi sebagian besar orang yang intovert ini sebuah anugerah, cause because dengan gak banyak interaksi dengan orang luar mereka bisa menghabiskan banyak waktunya dengan berbagai hal yang disenanginya. Namun, buat sebagian besar yang ekstrovert, hal ini sungguh amat menyiksa. Tiada tara, haha. Yap, berdiam diri, mengerjakan kewajiban dari rumah, interaksi dengan orang luar menjadi terbatas, hanya bisa berjumpa via suara, rasanya uh membosankan. Haha sok tau banget ya gue. Tapi, menurut apa yang gue denger dari para siswa gue yang kebanyakan ekstrover, hal ini sungguh membuat mereka tersiksa. Ya, katanya bosen di rumah, gak bisa ketemu temen-temen, pembelajaran jadi kurang efektif, matanya sakit mesti bersitatap dengan layar mulu, dan banyak keluhan lainnya yang intinya mereka ingin kembali bisa sekolah dan beraktifitas seperti biasa.

Teruntuk murid-muridku, siswa-siswi di luar sana yang juga merasakan hal yang sama. Peluk jauh dari aku. Semoga dengan kita tetep stay at home, itu bisa berguna ya buat memutus penyebaran covid-19 ini, dan keadaan kembali seperti semula, kemudian belajar dan aktfitas bisa kembali seperti semula. Mungkin jarak ingin menggoda kita, agar pertemuan nanti kita bisa memecah celengan rindu dan hubungan semakin erat sebab rindu sudah ditabung penuh. 

Yap, semoga keadaan segera pulih dan kita bisa belajar dari semua ini.

Sebenernya, stay di rumah gak melulu membosankan, asalkan kegiatan dan kewajiban diselingi dengan hiburan yang tetap bisa dilakukan di rumah. Kalau pada postingan sebelumnya, gue kayak ngerasa hampa, sekarang gue pengen coba bangun mood untuk kembali beraktifitas yang bisa membuat gue senang.

Setelah dua hari lalu gue beresin kamar, ngubek-ngubek tumpukan buku yang mesti diselesaiin, terus kemarin urut badan akibat jatuh dari tangga, hari ini tiba-tiba gue kepikiran buat belajar gambar. Yap, menggambar adalah hal yang menjengkelkan semasa sekolah sampai lulus kuliah. Dan entah apa yang merasukiku, hari ini gue kepengen belajar gambar. Alhasil, dengan memakai masker gue jalan ke luar rumah buat beli keperluan bulanan sekalian membeli buku gambar A4, pensil 6B, pensil warna, penghapus, kalau rautan gue udah ada di rumah bekas pensil alis. Wkwk.

Setelah gue letakin semua di meja gambar, tiba-tiba kepala gue pusing. Suer. Gue gak ada ide mau gambar apa. Otak seni gue tiarap, gue gak bisa gambar, gak bisa nyanyi ataupun main alat musik. Tapi, ada sebagian lain dari diri gue yang kepengin nyoba hal baru itu. Gue pengen coba mereduksi stress lewat art. Yap, kalau dulu di salah satu matkul, selain lewat nulis, baca, menggambar atau menyanyi bisa mereduksi stress. Kalau gak salah namanya art therapy. Jadi, terapi reduksi stress lewat seni.

Nah, menjelang magrib, gue coba dah buat browsing sekadar cari inspirasi, alhasil ketemu gambar cangkir teh dengan qoutes di bawahnya. Tapi, karena gue gambarnya terlalu ke kiri, akhirnya bagian kanannya kosong. Kebetulan gambar pertama selesai sebelum magrib, gue coba selesaiin gambar kedua setelah magrib, ya, gambar makanan gitu juga. Gue pengen ngelatih tangan aja biar gak kaku-kaku amat. Kali aja kan bisa bermanfaat juga buat ngasih contoh ke anak kelak. Wkwkwk. Jauh ya mikirnya.

Dan inilah hasil percobaan pertama gue. Amatir banget asli. Tapi, gue seneng karena diri gue masih mau coba buat meski itu niru si bukan hasil imajinasi sendiri.
You cant pour from an empty cup - unknown



Komentar

Postingan Populer